Oleh : Dandi Wardana,S.Pd.

SANGPENCERAH.COM--Islam adalah risalah bagi setiap zaman dan generasi, bukan risalah yang hanya pada masa yang tertentu yang peranannya habis dengan berakhirnya masa itu, sebagaimana keadaan risalah Nabi-nabi yang terdahulu daripada Nabi Muhammad s.a.w. Bahawa setiap Nabi diutus bagi jangka masa yang tertentu. Bila tempoh itu habis, maka Allah s.w.t. mengutus pula Nabi yang lain. Adapun Nabi Muhammad s.a.w. adalah penutup para Nabi. Oleh itu risalahnya adalah risalah yang abadi yang berkekalan hingga ke hari Qiamat dan meliputi seluruh alam. Risalah ini membawa hidayah yang terakhir kepada umat manusia. Jelaslah bahwa tidak ada syariat selepas Islam, tidak ada kitab selepas al-Quran dan tidak ada Nabi selepas Nabi Muhammad s.a.w.
Q.S. Al Baqarah ayat 2 Allah Swt. Berfirman:
ۛ لِلْمُتَّقِينَ هُدًى فِيهِ رَيْبَ لَا الْكِتَابُ ذَٰلِكَ ۛ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,  
Tidak ragu-ragu lagi bahwa Islam adalah risalah masa depan yang abadi dan risalah masa lalu yang jauh. Sesunggughnya pokok iqtikad dan akhlaknya adalah menjadi risalah bagi tiap-tiap nabi yang diutus dan tiap-tiap kitab yang diturunkan. Maka semua Nabi datang dengan Islam, menyeru Tauhid dan menjauhi Thaghut.
Q.S. Al Anbiyah : 25, Allah Swt. Berfirman:
 “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
 Sejak diturunkannya al Quran dipermukaan bumi ini yaitu surah Al A’la : 1-5 tentang urgensi membaca, memaknai, dan memahami, dan ini merupakan kabar gembira bagi umat manusia, dan dengan kedatangan utusan Allah yang memiliki integritas yang tinggi terhadap kebenaran ialah Muhammad bin abdullah, setelah datangnya rasulullah seruan untuk berbuat kebaikan makin gencar, dengan menjadikan landasan Q.S. Ali Imran Ayat 104 untuk berdakwah, yang berbunyi Allah Berfirman:
ۚ الْمُفْلِحُونَ هُمُ وَأُولَٰئِكَ الْمُنْكَرِ عَنِ وَيَنْهَوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَأْمُرُونَ الْخَيْرِ إِلَى يَدْعُونَ أُمَّةٌ مِنْكُمْ وَلْتَكُنْ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Dari ayat inilah kita dapat menyimpulkan bahwa dakwah itu adalah mengajak, memanggil dan menyeru, yang dimaksud mengajak adalah memberikan nasehat-nasehat kepada keluarga, sahabat, dan orang lain, dengan catatan yang memberikan ajakan itu harus telah mengengerjakan ajakan yang di tujukan kepada orang yang diajak. Memanggil adalah mengajak keluarga, sahabat, dan orang lain, dengan catatan yang memanggil harus telah berada ditempat dia memanggil kerabat dll., sedangkan menyeru adalah memberikan ajakan untuk mengikuti apa yang telah kita lakukan.
Sedangkan tujuan dari berdakwah adalah
-          Mengajak
Mengajak orang-orang non Islam untuk  memeluk Islam.
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan hidupku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu mau masuk Islam? “Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
-          Mengislamkan
Mengislamkan orang Islam, artinya meningkatkan kualtas Iman, Islam, dan Ihsan kaum muslimin sehingga mereka mereka menjadi orang yang mengamalkan Islam secara keseluruhan.
“Hai orang-orang yang  beriman masuklah kedalam agama Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesngguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. QS. Al Baqarah: 208
Itulah dakwah yang mengajak dan menyeru kepada kebenaran, Kalau kita mau melihat kondisi yang terjadi diera globalisasi saat ini dimana berbagai macam peristiwa telah terjadi yang mendegradasi moral bangsa, merupakan hal yang tak bisa kita elakkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi informasi komunikasi, sehingga inilah salah satu faktor yang mempengaruhi banyak hal yang terjadi dikarenakan kurangnya pengendalian diri kita, apa lagi dengan melihat kondisi penerus bangsa kedepannya yaitu remaja kita dewasa ini, bukan hanya masalah IPTEK yang menjadi faktor yang membuta remaja saat ini goyah dalam hal pengendalian diri dikarenakan kondisi psikologis mereka yang mengalami mulai dari perkembangan fisik, serta memiliki keguncangan jiwa yang begitu dahsyat, dan mereka mencoba untuk melepaskan diri dari goncangan tersebut. Maka dari itu salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut hanya dengan kembali kepada ajaran agama islam.

   Perlu kita melihat kebelakang atau bisa saya istilahkan membedah sejarah Islam dimana pada masa islam permulaan untuk menyelamatkan umat manusia dari kebobrokan mental dan peradaban manusia, salah satu metode yang digunakan Rasulullah Saw adalah dengan membina para remaja dan pemuda waktu itu diantaranya Arqam bil abil Arqam, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa umar bin Al khattab, usman bin affan dll, dan inilah yang menjadi kekuatan terbesar dari umat islam dengan memperbaiki generasi muda saat itu dan berdampak sampai saat ini dimana kita bisa menikmati hasil perjuangan rasulullah bersama para pemuda yang telah dibina oleh rasulullah. Selain itu kta juga harus memberikan apresiasi positif dengan peristiwa yang terjadi sekitar pada 1453 M, ketika seorang pemuda yang gagah berani mampu menaklukkan benteng terkuat pada masanya yang telah dirindukan oleh umat islam selama 825 tahun nama yang memenuhi benak  pemuda tersebut selama 23 tahun  yaitu konstantinopel yang diberi gelar “The City with Perpect Defense” begitu besar Perhatian agama Islam terhadap kebaikan generasi muda.

   Agama Islam sangat memberikan perhatian besar dalam masalah ini, terbukti dengan banyaknya hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang berisi pujian bagi pemuda yang taat kepada Allah dan hadits lainnya yang berisi himbauan kebaikan khusus bagi para pemuda.

Dia antara hadits-hadits tersebut adalah:
a.       Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya…Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…”
b.      Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanu wa Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.”Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
c.       Hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung beban pernikahan (memberi nafkah lahir dan batin), maka hendaknya dia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan pengekang syahwat baginya.”
1.      Problematika Remaja
a.       Keadaan Fisik
Melalui keadaan fisik remaja ada beberapa perubahan yang terjadi diantaranya:
-          Terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks
-           Memandang diri menyerupai orang dewasa sehingga bertindak layaknya orang dewasa padahal dalam dirinya masih terdapat naluri anak-anak yang riang, suka bermain-main, ingin bebas, dan kurang bertanggungjawab
-           Tidak sesuainya kematangan seks dengan umur yang dibolehkan oleh adat istiadat dan agama untuk berkeluarga.
b.      Ketidakstabilan emosi
-          Energi yang besar dan emosi yang berkobar-kobar sementara pengendalian diri masih kurang
-          Kepekaan emosi yang terlalu tinggi. Sedikit salah ucap atau atau perlakuan yang sedikit kurang menyenangkan cukup membuat emosi mereka meledak-ledak.
c.       Perkembangan Kecerdasan yang mendekati kematangan
-          Tidak mau lagi menerima sesuatu yang tidak masuk akal sehingga sering menimbulkan konflik dengan orang tua dan teman.
d.      Problem hari depan
-          Problem pekerjaan dan pengangguran
-          Penganggurang dan tidak punya pekerjaan
-          Perilaku tidak bertanggungjawab pejabat publik
-          Beredarnya VCD-VCD pornografi dan pernoaksi
-          Problem perkawinan dan hidup berumah tangga
e.       Problem Sosial
-          Perhatian terhadap kedudukannya dalam masyarakat terutama dalam kehidupan remaja kian besar
-           Ia ingin diterim oleh kalangannya sehingga cenderung meniru sikap, pola hidup, dan cara berpakaian teman-temannya.
f.       Masalah Akhlak
-Kenakalan, perkelahian, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dll
Maka dari itu untuk menyikapi hal ini, peran serta orang tua sangatlah penting dalam membangun peradaban yang tercerahkan atau dalam istilahnya Rausyan Fikr mengutip tema intermediet Leadership Training PC. IMM Sidrap. Maka dari itu orang tua harus menciptakan lingkungan yang kondusif kearah terciptanya anak yang shaleh dan shalehah, karena lingkungan merupakan tempat dimana manusia melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Secara micro lingkungan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan sebuah institusi kecil dimana anak mengawali masa-masa pertumbuhannya. Keluarga juga merupakan madrasah bagi sang anak. Pendidikan yang didapatkan merupakan pondasi baginya dalam pembangunan watak, kepribadian dan karakternya. Jika anak dalam keluarga senantiasa terdidik dalam warna keIslaman, maka kepribadiannya akan terbentuk dengan warna keIslaman tersebut. Namun sebaliknya jika anak tumbuh dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai keIslaman, maka jelas kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak bermoral. Seorang anak yang terlahir dalam keadaan fitrah, kemudian orang tuanyalah yang mewarnainya, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. (رواه البخاري).
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhari)

Untuk itu orang tua harus dapat memanfaatkan saat-saat awal dimana anak kita mengalami pertumbuhannya dengan cara menanamkan dalam jiwa anak kita kecintaan terhadap diennya, cinta terhadap ajaran Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya Shallallaahu alaihi wa Salam, sehingga ketika anak tersebut berhadapan dengan lingkungan lain anak tersebut memiliki daya resistensi yang dapat menangkal setiap saat pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.
Agar dapat memudahkan jalan bagi pembentukan kepribadian bagi anak yang shalih, maka keteladanan orang tua merupakan faktor yang sangat menentukan. Oleh karena itu, selaku orang tua yang bijaksana dalam berinteraksi dengan anak pasti memperlihatkan sikap yang baik, yaitu sikap yang sesuai dengan kepribadian yang shalih sehingga anak dapat dengan mudah meniru dan mempraktekkan sifat-sifat orang tuanya.
b.      Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan di mana anak-anak berkumpul bersama teman-temannya yang sebaya dengannya. Belajar, bermain dan bercanda adalah kegiatan rutin mereka di sekolah. Sekolah juga merupakan sarana yang cukup efektif dalam membentuk watak dan karakter anak. Di sekolah anak-anak akan saling mempengaruhi sesuai dengan watak dan karakter yang diperolehnya dalam keluarga mereka masing-masing. Anak yang terdidik secara baik di rumah tentu akan memberi pengaruh yang positif terhadap teman-temanya. Sebaliknya anak yang di rumahnya kurang mendapat pendidikan yang baik tentu akan memberi pengaruh yang negatif menurut karakter dan watak sang anak.
Faktor yang juga cukup menentukan dalam membentuk watak dan karakter anak di sekolah adalah konsep yang diterapkan sekolah tersebut dalam mendidik dan mengarahkan setiap anak didik. Sekolah yang ditata dengan managemen yang baik tentu akan lebih mampu memberikan hasil yang memuaskan dibandingkan dengan sekolah yang tidak memperhatikan sistem managemen. Sekolah yang sekedar dibangun untuk kepentingan bisnis semata pasti tidak akan mampu menghasilkan murid-murid yang berkwalitas secara maksimal, kualitas dalam pengertian intelektual dan moral keagamaan. Kualitas intelektual dan moral keagamaan tenaga pengajar serta kurikulum yang dipakai di sekolah termasuk faktor yang sangat menentukan dalam melahirkan murid yang berkualitas secara intelektual dan moral keagamaan. Oleh sebab itu orang tua seharusnya mampu melihat secara cermat dan jeli sekolah yang pantas bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak harus memasukkan anak mereka di sekolah-sekolah favorit semata dalam hal intelektual dan mengabaikan faktor perkembangan akhlaq bagi sang anak, karena sekolah tersebut akan memberi warna baru bagi setiap anak didiknya. Keseimbangan pelajaran yang diperoleh murid di sekolah akan lebih mampu menyeimbangkan keadaan mental dan intelektualnya. Karena itu sekolah yang memiliki keseimbangan kurikulum antara pelajaran umum dan agama akan lebih mampu memberi jaminan bagi seorang anak didik.
c.       Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah komunitas yang terbesar dibandingkan dengan lingkungan yang kita sebutkan sebelumnya. Karena itu pengaruh yang ditimbulkannya dalam merubah watak dan karakter anak jauh lebih besar. Masyarakat yang mayoritas anggotanya hidup dalam kemaksiatan akan sangat mempengaruhi perubahan watak anak kearah yang negatif. Dalam masyarakat seperti ini akan tumbuh berbagai masalah yang merusak ketenangan, kedamaian, dan ketentraman. Anak yang telah di didik secara baik oleh orang tuanya untuk selalu taat dan patuh pada perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala dan RasulNya, dapat saja tercemari oleh limbah kemaksiatan yang merajalela disekitarnya. Oleh karena itu untuk dapat mempertahankan kwalitas yang telah terdidik secara baik dalam institusi keluarga dan sekolah, maka kita perlu bersama-sama menciptakan lingkungan masyarakat yang baik, yang kondusif bagi anak.
Masyarakat terbentuk atas dasar gabungan individu-individu yang hidup pada suatu komunitas tertentu. Karena dalam membentuk masyarakat yang harmonis setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab yang sama. Persepsi yang keliru biasanya masih mendominasi masyarakat. Mereka beranggapan bahwa yang bertanggung jawab dalam masalah ini adalah pemerintah, para da’i, pendidik atau ulama. Padahal Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ. (رواه مسلم).
Artinya: “Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Jika setiap orang merasa tidak memiliki tanggung jawab dalam hal beramar ma’ruf nahi munkar, maka segala kemunkaran bermunculan dan merajalela di tengah masyarakat kita dan lambat atau cepat pasti akan menimpa putra dan putri kita. Padahal kedudukan kita sebagai umat yang terbaik yang dapat memberikan ketentraman bagi masyarakat kita hanya dapat tercapai jika setiap individu muslim secara konsisten menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, karena Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: Artinya: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah...” (Ali Imran: 110).
Amar ma’ruf adalah kewajiban setiap individu masing-masing yang harus dilaksanakan. Jika tidak maka Allah Subhannahu wa Ta'ala , pasti akan menimpakan adzabnya di tengah-tengah kita dan pasti kita akan tergolong orang-orang yang rugi Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman: Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran: 104).
Untuk itu di akhir tulisan ini marilah kita bersama-sama merasa peduli terhadap kelangsungan hidup generasi kita, semoga dengan kepedulian kita itulah Allah Subhannahu wa Ta'ala akan senantiasa menurunkan pertolonganNya kepada kita dan memenangkan Islam di atas agama-agama lainnya.

(Penulis adalah Tenaga Pengajar Ponpes Darul Ihsan Cipotakari Sidrap)
http://www.sangpencerah.com/2015/05/dakwah-islam-problematika-remaja-dan.html